Elektabilitas Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) di sejumlah hasil survei tersalip Pramono Anung-Rano Karno delapan hari terakhir menuju pemungutan suara Pilgub Jakarta 2024 pada 27 November.
Berbagai hasil survei menunjukkan elektabilitas RK menurun. Salah satunya, survei SMRC yang mencatat elektabilitas Pramono-Rano berada di angka 46 persen. Sementara RIDO di angka 39,1 persen.
RK mulai mengubah langkahnya mencari cara lain. Tak hanya aktif berkampanye dan blusukan ia pun menjadi gencar menemui tokoh 'berpengaruh'. Mulai dari Presiden RI Prabowo Subianto hingga Presiden ke-7 RI, Joko Widodo. Bahkan, RK menemui Jokowi sebanyak dua kali, di Solo dan Jakarta.
Ia pun kerap kali menyampaikan pernyataan ke publik bahwasanya mendapatkan dukungan dari dua tokoh politik tersebut.
Lantas bagaimana manuver
terakhir RK di detik-detik jelang pemungutan suara Pilkada 2024?
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai ke depan RK akan mengerahkan dan mengoptimalkan pengaruh Prabowo dan Jokowi.
Ia menyebut hal itu demi
mendapatkan kepercayaan sekaligus meyakinkan pemilih jika ia mewakili kelompok
penguasa.
Dedi mengatakan di injury time ini RK akan sering menggaungkan narasi mendapatkan dukungan dari Prabowo dan Jokowi serta pentingnya sinergitas dengan pemerintah pusat.
"Kecenderungannya akan seperti itu, karena gagasan dan ide membangun Jakarta selama ini sudah dilakukan, dan terbukti tidak mampu meninggalkan jauh Pramono," kata Dedi kepada CNNIndonesia.com, Selasa (19/11).
Dedi menyebut gebrakan itu
akan lebih kuat lagi jika Prabowo dan Jokowi juga turun langsung berkampanye
untuk RK.
Ia mengatakan meski sudah purna tugas sebagai presiden, namun Jokowi masih memiliki mesin politik yang hari ini banyak menjelma sebagai jaringan relawan.
"Bisa melalui Projo
hingga relawan lainnya, tentu tidak dapat dipungkiri jika itu masih
berpengaruh," ucapnya.
Dedi pun berpendapat kelompok loyalis Jokowi ini bisa saja bersaing dengan loyalis Anies dan Ahok yang hari ini condong ke Pramono-Rano Karno.
Namun ia mengatakan bahwa
karakteristik pendukung Ahok dan Anies ini berbeda dengan basis pendukung
Jokowi.
"Ahok dan Anies punya pemilih organik, atau pemilih yang tidak mudah dikondisikan mengingat mereka loyal pada tokoh langsung," ujar dia.
"Bukan relawan atau kelompok pemilih terorganisir, kelemahan pemilih semacam ini mudah berubah jika pilihan pada rival lebih menguntungkan," imbuhnya.
Dibayangi Kekalahan
Namun, Dedi menangkap sinyal
kepanikan dari RK-Suswono di balik turunnya Jokowi ataupun Prabowo
'meng-endorse' mereka.
Ia menilai kedua tokoh politik sekaliber itu turun gunung terkesan cukup berlebihan.
"Turunnya tokoh sekaliber Jokowi, bahkan Prabowo memang terkesan berlebihan, bisa saja mereka merasa tekanan rival cukup kuat, dan bisa jadi dibayangi potensi kekalahan," ujar Dedi.
Terpisah, pengamat politik
Universitas Andalas, Asrinaldi berpandangan RIDO akan menggaungkan narasi
didukung oleh Prabowo dan Jokowi.
Ia menyebut narasi itu dirasa bisa membawa efek dalam mendongkrak perolehan suara RIDO di sepekan terakhir masa kampanye ini.
"Kalau ini bisa dilakukan
akan membawa efek yang kuat pada perubahan suara RK terutama seminggu
terakhir," kata Asrinaldi.
Asrinaldi mengatakan RIDO akan
mengincar ceruk suara pemilih mengambang alias undecided voters yang dalam
beberapa hasil survei angkanya masih tinggi.
Selain itu, ia juga menyebut
RIDO akan membidik kelompok pemilih dari generasi usia millenial dan generasi
z.
"Tentu dengan pendekatan khusus," ucap dia.
Ia turut mengomentari kekuatan
endorsemen Jokowi kepada RK. Menurutnya, hal itu pasti membawa pengaruh.
Namun, ia berpendapat
kenaikannya takkan begitu signifikan.
"Dan relawan-relawan [Jokowi] itu kan siap bantu ya. Walaupun tidak akan sesignifikan jika dia jadi presiden beberapa waktu yang lalu," ujarnya.
Kekecewaan Anak Abah
Asrinaldi juga membaca
turunnya elektabilitas RIDO belakangan ini tak terpisahkan dengan proses mereka
maju di Pilkada Jakarta. Ia pun menarik turunnya elektabilitas RIDO tersebut
dengan isu penjegalan Anies dulu.
Beberapa parpol di KIM Plus
yang kini mendukung RIDO, sebelumnya memang sempat menyatakan dukungan ke Anies
di Pilgub Jakarta 2024 ini.
"Saya meyakini ini adalah
dampak dari proses itu, ditambah lagi dengan kontroversi terkait dengan
statement Suswono terkait Nabi Muhammad," ucap dia.
Dampak dari itu, Asrinaldi
menilai Anies dan pendukungnya yang kecewa akan proses tersebut pun mengambil
sikap dengan memilih posisi yang berseberangan dengan RIDO.
"Untuk bisa mempertegas posisinya bahwa dia [Anies] ada bersama dengan pendukungnya yang lari dari RK dan Suswono," ujarnya.