Menurutnya, kabinet yang super gemuk ini bukannya mempercepat mimpi Prabowo untuk terwujud, tapi justru akan menjadi penghambat dan ujung-ujungnya target perekonomian, termasuk pertumbuhan 8 persen, akan sulit dicapai."Jadi yang tidak terbayangkan itu bagaimana Pak Prabowo mengorkestrasi gerak dari kabinet yang super gemuk. By default, orang gemuk itu pasti lamban, tidak bisa lari. Kalau lari pun terseok-seok, dikalahkan yang lebih ramping. Jadi, size itu matters dalam hal efisiensi," ujarnya dalam acara diskusi publik Indef pada Selasa (22/10)."Sekarang dengan kabinet super gemuk itu, dapat dikatakan dalam 1-2 tahun ke depan, gerakannya sudah pasti lamban. Padahal Pak Prabowo ingin gerakan cepat dalam menjalankan berbagai program dan visinya," imbuhnya.
"Sekarang dengan kabinet super gemuk itu, bisa dikatakan dalam 1-2 tahun ke depan, gerakannya sudah pasti lamban. Padahal Pak Prabowo ingin gerakan cepat dalam menjalankan berbagai program dan visinya," imbuhnya.Dengan kondisi ini, maka ia menilai dalam beberapa waktu ke depan, perlambatan kinerja Kabinet Merah Putih akan terlihat. Sebab, tata kelola akan menjadi kompleks dan lebih panjang sehingga bukanya efisien, malah justru akan menjadi pemberat keuangan negara."Kabinet super gemuk tidak menjawab urgensi dari tantangan yang dihadapi dan tidak sejalan dengan apa yang ingin dicapai Prabowo, utamanya terkait program cepat terbaik," jelasnya.Sementara, Ekonom Senior Indef Didin S, Damanhuri menduga kabinet yang gemuk adalah cara Prabowo untuk menilai kinerja menteri, wakil menteri hingga kepala badan yang dilantik selama enam bulan ke depan.Apabila para pembantunya di Kabinet Merah Putih tersebut bisa memberikan kontribusi baik untuk mencapai target yang telah disusun seperti pertumbuhan ekonomi 8 persen, maka akan dipertahankan dan bila tidak bisa dirombak kembali."Jadi kita tidak bisa men-judge sejak sekarang, tapi waktu yang akan menjawab. Mungkin ingin diwujudkan oleh kabinet yang direvisi, bisa jadi," tegasnya.